Oleh Priyatmojo Dwi Hendriyatmoko, ST
Guru SMK Muda Cepu dan Anggota Satupena Blora
Mentari pagi menyinari halaman SMK Muda Cepu, menyapa para siswa jurusan listrik yang berseragam praktik biru tua. Hari itu, bengkel Schneider kembali ramai. Seperti biasa, Pak P.D. Hendriyatmoko, ST, guru listrik yang tegas namun bijaksana, sudah lebih dulu hadir, menyusun peralatan praktik dengan rapi.
“Anak-anak, hari ini kita praktik instalasi panel listrik rumah tangga. Harus teliti, jangan main-main!” tegas Pak Hendriyatmoko, suaranya menggema di dalam bengkel.
Dita, Ratih, Faizal, Habib, Arya, Karis, Dini, Wahyu, dan Hermanto segera membentuk kelompok. Mereka sudah terbiasa kerja tim, saling bantu, dan tak jarang saling mengingatkan saat satu sama lain keliru.
Namun di sudut bengkel, Herlino, Agus, Yolanda, dan Vino tampak asyik mengobrol sambil memainkan kabel seperti mainan.
“Hei! Ini bukan tempat nongkrong, kalian ikut praktik atau tidak?” seru Pak Hendriyatmoko mendekat.
Vino tertawa kecil, “Iya, Pak… tapi kayaknya kabel ini rusak, jadi iseng aja…”
“Kalau rusak, laporkan, bukan dipermainkan. Sekali lagi kalian main-main, keluar dari bengkel,” ujar Pak Hendriyatmoko tegas.
Sementara itu, di tengah kegiatan praktik, Karis yang biasanya pendiam berhasil menyambung panel dengan presisi tinggi.
“Luar biasa, Karis! Ini sambungan paling rapi hari ini!” puji Pak Hendriyatmoko. Teman-temannya bersorak kecil, membuat Karis tersenyum bangga.
Melihat itu, Dita berbisik pada Ratih, “Lihat, ya. Jurusan listrik ini memang pilihan tepat. Kita bukan cuma belajar kabel dan saklar, tapi juga masa depan.”
Ratih mengangguk, “Bener. Apalagi kalau kita serius, nanti bisa kerja di PLN, atau buka usaha sendiri.”
Di akhir sesi, semua kelompok diminta mempresentasikan hasil kerja mereka. Meski sedikit canggung, Habib dan Wahyu berhasil menjelaskan sistem kelistrikan kelompoknya dengan percaya diri. Bahkan Herlino dan Vino, setelah ditegur, akhirnya turut membantu dan belajar menyambung stop kontak.
Hari itu, bengkel Schneider tak hanya mengajarkan teknik, tapi juga tanggung jawab, kerja sama, dan harapan.
Pak Hendriyatmoko menutup pelajaran dengan kalimat, “Ingat, anak-anak. Kabel bisa menghantarkan listrik, tapi semangat dan kerja keras kalian yang akan menghantarkan masa depan.”