DPK Blora, Pusat Literasi untuk Masyarakat yang Berdaya

Oleh Gunawan Trihantoro
(Ketua Satupena Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah)

Di tengah gelombang disrupsi digital, keberadaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Blora menjadi pilar penting dalam membangun budaya literasi yang berkelanjutan. DPK tidak hanya hadir sebagai institusi birokratik, tetapi juga sebagai ruang hidup yang mendorong pertumbuhan intelektual masyarakat.

Literasi hari ini bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, melainkan kecakapan memahami informasi secara kritis, kreatif, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, langkah DPK menjadikan dirinya sebagai pusat literasi masyarakat adalah sebuah visi yang relevan dan progresif.

Sebagai pusat literasi, DPK Blora telah membuka banyak ruang interaksi yang inspiratif, mulai dari layanan baca di perpustakaan, pojok literasi di desa-desa, hingga kemitraan dengan sekolah dan komunitas. Semangat kolaboratif ini menjadi energi sosial yang menyatukan berbagai pihak dalam satu tekad: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Blora.

DPK bukan hanya melayani pinjam buku, tetapi juga menyelenggarakan pelatihan menulis, bedah buku, seminar literasi digital, dan kegiatan lain yang membuka ruang refleksi dan dialog. Program-program ini memperlihatkan bahwa literasi bukan kegiatan elitis, melainkan hak setiap warga untuk tumbuh dan berkembang.

Di balik dinding-dinding sunyi perpustakaan, sesungguhnya sedang berlangsung kerja besar membangun peradaban. Buku-buku yang tersusun rapi bukan benda mati, melainkan jendela dunia yang menunggu untuk dibuka. Dan DPK adalah penjaganya, yang setia mengajak masyarakat untuk menyelami dunia melalui literasi.

Dalam hal kearsipan, DPK juga berperan strategis menjaga jejak sejarah dan identitas daerah. Arsip bukan sekadar tumpukan dokumen, melainkan rekam jejak perjalanan masyarakat Blora. Melalui pengelolaan arsip yang baik, DPK merawat ingatan kolektif yang akan menjadi fondasi masa depan.

DPK Blora telah mengembangkan layanan kearsipan yang menjangkau instansi hingga ke level desa. Ini adalah langkah cerdas yang memperkuat tata kelola pemerintahan berbasis data dan transparansi. Ketika desa dan sekolah memiliki arsip yang rapi dan terkelola baik, maka kualitas pelayanan publik pun akan meningkat.

Transformasi DPK sebagai pusat literasi tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan dukungan dari semua elemen masyarakat: pemerintah daerah, pegiat literasi, guru, orang tua, hingga para pelajar dan mahasiswa. Literasi harus menjadi gerakan bersama, bukan sekadar program dinas.

Dengan digitalisasi layanan, DPK Blora juga mulai menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi. Perpustakaan digital, layanan peminjaman berbasis aplikasi, dan konten literasi interaktif menjadi inovasi yang memperkuat daya jangkau DPK di era digital ini.

Namun, semua itu tidak akan berarti tanpa partisipasi aktif masyarakat. DPK hanya menyediakan ruang, sedangkan masyarakatlah yang menghidupkan semangat literasi di dalamnya. Maka, tugas kita adalah menyambut ruang-ruang itu dengan antusias dan tanggung jawab.

DPK Kabupaten Blora telah memberikan contoh bahwa perpustakaan dan arsip bukan beban administrasi, melainkan instrumen peradaban. Dalam kesunyian ruang baca, sesungguhnya sedang ditanam harapan-harapan besar untuk generasi masa depan.

Sudah saatnya kita mengubah cara pandang terhadap perpustakaan dan arsip. Mari menjadikannya tempat yang hidup, yang menyentuh nurani dan memperkaya nalar. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai literasi dan menghargai arsip sejarahnya.

Mari dukung DPK Blora menjadi pusat literasi yang membanggakan. Tempat anak-anak belajar memahami dunia, remaja menumbuhkan mimpi, dan masyarakat menemukan harapan. Dari Blora, literasi untuk Indonesia. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *