Bersinergi Langkah Membangun Opini dan Konstruksi Positif tentang Blora

Bersinergi Langkah Membangun Opini dan Konstruksi Positif tentang Blora

Oleh Luhur Susilo
Guru SMPN 1 Sambong dan Pengurus Satupena Kabupaten Blora

Ketika senja jatuh di rumah dinas Bupati Blora, semangat literasi justru tengah menyala. Para pengurus Satupena, dipimpin Gunawan Trihantoro, hadir bersilaturahim dengan Bunda Literasi Blora, Hj. Ainia Shalichah Arief Rohman. Dalam kebersamaan itu, lahir percakapan tentang masa depan Blora yang lebih cerdas dan berdaya.

Sinergi ini bukan sekadar formalitas pertemuan. Ia menjadi medan bertukar gagasan tentang Gerakan Blora Membaca dan Berkarya, sebuah upaya menyapa masyarakat hingga ke akar rumput. Literasi bukan milik segelintir orang—ia hak seluruh warga, dari kota hingga desa.

Di tengah arus digital yang cepat dan tak jarang mengikis makna, gerakan literasi hadir sebagai jangkar nilai. Ia mendekatkan manusia pada refleksi, memperkuat identitas, dan membuka ruang tumbuh bagi kreativitas. Blora tak hanya diajak membaca, tapi juga diajak menulis sejarahnya sendiri.

Kunjungan literasi yang digagas Bunda Literasi menjadi energi baru. Roadshow ke sekolah dan desa bukan sekadar seremoni, tapi stimulan konkret. Anak-anak desa yang terbiasa membaca dan menulis sejak dini akan tumbuh menjadi penentu arah pembangunan, bukan sekadar penonton.

Sekolah-sekolah di Blora mulai menyemai kebiasaan literasi pagi. Di saat matahari baru naik, anak-anak diajak menyapa kata-kata, menumbuhkan nasionalisme, spiritualitas, dan kesadaran sosial. Literasi tidak hanya menambah pengetahuan, tapi menumbuhkan karakter.

Membaca adalah gerbang segala karya. Tanpa membaca, menulis akan menjadi kering dan terputus dari kenyataan. Maka dari itu, pembiasaan ini menjadi pondasi penting dalam menyiapkan generasi yang tidak hanya cakap akademik, tapi juga punya kepekaan batin.

Konsistensi menjadi kunci dari semua upaya ini. Tanpa ketekunan, literasi akan kembali menjadi slogan kosong. Blora punya potensi besar jika mampu menjadikan kegiatan literatif sebagai budaya, bukan sekadar program jangka pendek.

Tanggung jawab membangun Blora bukan hanya di pundak pemerintah. Komunitas penulis, guru, pelajar, orang tua, hingga perangkat desa, semua punya peran penting. Jika seluruh elemen bersinergi, akan lahir ekosistem belajar yang saling menguatkan.

Dalam dunia yang terus berubah, literasi adalah bekal bertahan dan berkembang. Opini yang dibentuk lewat literasi akan membentuk cara pandang kolektif masyarakat. Maka membangun opini positif tentang Blora adalah tugas bersama demi menghadirkan citra daerah yang unggul.

Kita tidak sedang membangun narasi utopis. Kita sedang menanam fondasi konkret bagi generasi muda Blora agar mampu bersaing, berdaya, dan bangga pada daerahnya. Literasi menjembatani mimpi dan kenyataan, gagasan dan tindakan.

Indonesia Emas 2045 tidak bisa dicapai tanpa investasi pada kualitas manusia hari ini. Dan literasi adalah salah satu bentuk investasi paling strategis. Maka, mari terus bersinergi, melangkah bersama, membangun opini dan konstruksi positif tentang Blora, untuk masa depan yang tak hanya terang, tapi juga bermakna. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *