Senandung Rindu Sang Hutan

Di bawah naungan pohon-pohon tua,
hutan bersenandung, lirih namun mendalam.
Ia menyampaikan rindu kepada angin,
yang pernah membawa pesan daun-daunnya ke dunia luar.
Kini, ia terdiam, terkurung dalam kesunyian,
seperti seorang penyair kehilangan kata.

Rindunya pada hujan tak lagi terjawab,
karena awan mulai enggan singgah.
Tanah retak, akar mengeluh,
sementara burung-burung pergi mencari rumah baru.
“Hai manusia,” bisiknya lembut,
“aku adalah ibu dari napasmu.
Mengapa kau lupakan aku?”

Hutan, dengan segala kebesarannya,
tak pernah meminta lebih dari cinta.
Namun, parang-parang tajam melukai kulitnya,
asap-asap tebal mencuri langitnya.
Ia hanya bisa bersenandung,
menyanyikan rindu kepada masa lalu,
ketika harmoni menjadi bahasa semesta.

Aku berdiri di tengah luka ini,
merasakan kesedihan yang tak dapat disembunyikan.
Setiap batang pohon adalah saksi bisu,
setiap daun gugur adalah air mata.
Hutan tak meminta maaf,
karena ia hanya bertahan dari kekejaman kita.

Malam pun tiba,
dengan bintang-bintang yang redup,
seolah turut bersedih atas kehilangan ini.
Hutan terus bernyanyi,
mengharap manusia mendengar,
bahwa ia tak butuh kasihan,
hanya pengertian, hanya kepedulian.

Maka aku bersumpah dalam hati,
akan kujadikan senandung ini abadi,
agar rindu sang hutan
tak lagi menjadi nyanyian sunyi.

Access AI-powered market predictions in real time official website

Oleh : Rika Puji Lestari
Kreator Cerdas AI Desa Doplang, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *