Jabir Bin Hayyan: Alchemist Of The Infinite
Oleh Gunawan Trihantoro
Jabir bin Hayyan (720–813 M) adalah seorang ilmuwan dan filsuf Arab. Dia dianggap sebagai perintis pertama dalam ilmu kimia (modern). Dia adalah Abu Musa Jabir bin Hayyan bin Abdullah Al-Azdi. Dia dipanggil dengan nama Al Azdi karena berasal dari kabilah Yaman yang besar yaitu kabilah Azd yang sebagiannya hijrah ke Kufah setelah robohnya Bendungan Ma’rib. [1]
Kota tua itu berdebu,
di antara reruntuhan peradaban yang bergolak,
Jabir kecil menatap langit,
membaca guratan awan seperti rumus tak terpecahkan.
Ayahnya, sang penyembuh, berbisik:
“Ilmu bukan sekadar huruf, Nak,
tapi napas yang menghidupkan debu menjadi emas.”
Dan malam pun turun,
membawa mimpi-mimpi yang berkilauan,
bejana-bejana kaca, uap yang menari,
garam dan belerang yang bersenyawa dalam diam.
-000-
Di Basra, ia duduk di kaki Imam Ja’far al-Shadiq,
sang guru yang membukakan gerbang al-kimiya.
“Apa yang kau cari, Jabir?” tanya sang Imam.
“Aku mencari rahasia penciptaan,” jawabnya,
“bagaimana yang fana bisa menyentuh yang abadi.”
Maka dimulailah pengembaraan,
mengurai air menjadi uap,
menyuling cahaya menjadi angka,
mencatat setiap reaksi dalam kitab-kitab yang kelak
menjadi peta bagi para pencari setelahnya.
-000-
Di dinding batu yang lembap,
Jabir membakar, mengkristal, menyaring,
“Lihatlah, sulfur dan raksa adalah jiwa logam,”
katanya pada murid-murid yang ragu.
“Mereka sakit, seperti tubuh manusia,
dan kita harus menyembuhkannya.”
Tapi dunia tak selalu ramah.
Para pengejek berbisik,
“Dia gila, mengubah timah jadi mimpi!”
Namun Jabir tersenyum,
karena ia tahu,
setiap elemen punya bahasa,
dan ia sedang menerjemahkan firman-firman semesta.
-000-
Kini, delapan abad berlalu,
tapi namanya masih berdetak,
dalam tabung reaksi, dalam persamaan kimia,
dalam semangat para ilmuwan
yang mencari hakikat zat.
Dia bukan lagi dongeng,
melainkan fondasi,
Bapak Kimia Modern,
sang perintis yang membuktikan,
“Yang mustahil hanyalah soal waktu.”
-000-
Dari debu Kufah hingga cahaya abad ke-21,
Jabir membuktikan, “ilmu adalah suluh yang tak pernah padam.”
Rumah Kayu Cepu, 26 Maret 2025
CATATAN:
[1] Puisi esai ini ditulis dengan inspirasi dari kisah Jabbir bin Hayyan di https://impresi.republika.co.id/sana-sini/1692932016/Jabir-Bin-Hayyan-Ilmuwan-dan-Filsuf-Arab-Perintis-Pertama-dalam-Ilmu-Kimia-1
• Karyanya mencakup penemuan asam mineral, penyempurnaan distilasi, dan metode eksperimen sistematis.
• Bukunya, Kitab al-Kimya, menjadi rujukan ilmuwan Eropa seperti Roger Bacon dan Isaac Newton. Konsepnya tentang balance of nature mempengaruhi perkembangan sains Barat.
• Ia juga memperkenalkan alat-alat laboratorium seperti alembic dan retort, yang masih digunakan dalam prinsip kimia saat ini.